Pembeli Kecewa: Nasi Padang di Singapura Ditagih Rp 200 Ribu

By | 11 September 2024

Pembeli Kecewa

Pembeli Kecewa: Nasi Padang di Singapura Ditagih Rp 200 Ribu

Singapura terkenal sebagai salah satu destinasi wisata yang menawarkan beragam makanan lezat, termasuk makanan khas Indonesia seperti nasi Padang. Namun, baru-baru ini seorang pembeli dibuat terkejut dan kecewa setelah membayar lebih dari Rp 200 ribu untuk seporsi nasi Padang di sebuah foodcourt di Singapura.

Nasi Padang di Foodcourt Singapura

Kejadian ini di laporkan oleh seorang netizen dengan nama samaran Miller, yang berbagi pengalamannya melalui platform Stomp pada 8 September 2024. Saat itu, Miller mengunjungi pusat perbelanjaan VivoCity di Singapura dan memutuskan untuk makan di salah satu kedai bergaya kopitiam yang menyajikan nasi Padang.

Sebagai pengunjung foodcourt, Miller berharap menemukan makanan yang harganya relatif terjangkau. Namun, harapannya langsung sirna ketika ia melihat total tagihan untuk seporsi nasi Padang yang ia pesan. Harga Nairasaon yang di bebankan untuk seporsi nasi Padang itu mencapai 17,70 Dollar Singapura, atau setara dengan Rp 209.751.

Rincian Pesanan dan Harga

Dalam sepiring nasi Padang tersebut, Miller memilih beberapa lauk, yaitu telur asin, ayam potong, ikan bilih, daging, dan tumis buncis. Namun, yang mengejutkan adalah harga untuk setiap lauk yang sangat tinggi.

Berdasarkan struk pembelian, telur asin, ayam, dan daging masing-masing dipatok seharga Rp 53.000, meskipun untuk telur asin hanya setengah butir. Selain itu, harga Nomor Keluar Hari ini untuk nasi dan sayur masing-masing di kenakan Rp 17.000.

“Saya tahu harga nasi Padang memang bervariasi, tapi tidak bisa di benarkan jika harganya di patok setinggi ini,” ungkap Miller dalam laporannya. Ia merasa bahwa harga tersebut sangat tidak masuk akal. Namun terlebih di tempat yang di kenal dengan harga makanan yang lebih terjangkau seperti foodcourt.

Reaksi Netizen

Kisah Miller ini langsung memicu reaksi dari netizen yang melihat laporannya. Banyak yang merasa simpati dan ikut mengungkapkan kekesalan terhadap harga yang di anggap tidak masuk akal tersebut.

“Mematok harga terlalu tinggi seperti ini tidak bisa di benarkan. Kita tidak boleh menormalisasi harga yang kelewat mahal,” tulis salah satu netizen. Ada juga yang menyindir dengan menyebut harga lauk-lauk tersebut sebagai “getok harga.”

Reaksi keras dari para netizen menunjukkan bahwa praktik harga tinggi yang tidak transparan memang menjadi perhatian banyak orang. Terutama bagi wisatawan Live Singapore atau pengunjung foodcourt yang mengharapkan harga yang lebih ramah di kantong.

Faktor yang Mempengaruhi Harga Makanan di Singapura

Meski harga yang di bebankan kepada Miller terasa sangat tinggi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga makanan di Singapura, terutama makanan yang tidak termasuk dalam kuliner lokal. Biaya operasional yang tinggi di negara tersebut, termasuk sewa tempat yang mahal, serta biaya bahan baku impor, seringkali menjadi alasan mengapa harga makanan di Singapura lebih mahal di bandingkan di negara asalnya.

Namun, pembebanan harga yang berlebihan tanpa memberikan penjelasan yang jelas kepada konsumen bisa menimbulkan ketidakpuasan dan berpotensi merusak reputasi tempat makan.

Kisah pembeli nasi Padang di Singapura yang kecewa setelah di tagih lebih dari Rp 200 ribu ini menjadi perbincangan publik. Reaksi netizen menunjukkan bahwa transparansi harga sangat penting, terutama di tempat makan yang biasanya di anggap lebih terjangkau seperti foodcourt.

Pengalaman Zeus 4D ini mengingatkan kita untuk lebih teliti dalam memeriksa harga sebelum memesan makanan, terutama saat berada di luar negeri. Di sisi lain, penting bagi pemilik usaha untuk menjaga kepercayaan konsumen dengan mematok harga yang wajar dan transparan.

Tinggalkan Balasan